Halaman

Sabtu, 18 Oktober 2014

PLEIADES DAN TARIAN LANGIT BEDHAYA KETAWANG



Sesaat setelah malam tiba, tengoklah langit kearah barat. Jika langit cerah, akan tampak sekelompok bintang cukup redup pada ketinggian 15 derajat. Kumpulan bintang itu secara internasional disebut Pleiades. Dengan teleskop kecil, gugus bintang ini terlihat bak kumpulan permata yang cemerlang ..

Seperti yang dikutip dari Alam Mengembang Jadi Guru, Sebagian masarakat Indonesia jaman dulu juga mengenal gugus bintang ini dengan nama bintang tujuh bidadari atau bintang tujuh putri, yang sekarang tereduksi menjadi bintang tujuh saja.

Bintang tujuh juga terdapat dalam relief candi Borobudur meskipun beberapa ahli berpendapat bahwa tujuh bintang pada relief Borobudur mengacu pada bintang biduk atau rasi Ursa Mayor.

 


Bintang tujuh (bulatan-bulatan kecil) terlihat berada diantara bulan sabit dan matahari (bulatan besar)

 

Bintang tujuh bidadari akan tampak di langit malam selepas matahari terbenam hingga akhir April. Ia akan terlihat kembali di arah timur menjelang matahari terbit pada Juli nanti. Waktu terbaik untuk mengamati gugus ini adalah pada bulan November karena ia akan terlihat sepanjang malam.

Nama Pleiades diambil dari mitologi Yunani dan dalam bahasa Inggris disebut Seven Sisters. Penamaan tujuh bintang terang di gugus ini, diambil dari tujuh Pleiad itu dan dua bintang tambahan menggunakan nama Pleione, ibu dari para Pleiad dan Atlas, suami Pleione.

Masarakat jawa menyebut gugus bintang ini sebagai Lintang Kartika, dua kata yang memiliki makna sama, yaitu bintang. Penamaan ini menunjukkan pandangan istimewa orang jawa terhadap gugus ini, yaitu menjadi bintangnya bintang.

Tujuh bintang terang dalam gugus ini dianggap sebagai tujuh bidadari yang turun dari kahyangan untuk mandi di bumi dalam legenda jaka Tarub. Dalam Babad Tanah Jawi, disebutkan satu bidadari yang akhirnya menjadi istri jaka tarub bernama dewi Nawang Wulan atau dewi Ratna Juwita.

Lintang Kartika juga menjadi ilham tari Bedhaya Ketawang, Bedhaya artinya tari, sedangkan ketawang berasal dari kata Tawang yang berarti Langit. Secara harfiah Bedhaya Ketawang ini bermakna Tarian Langit.

Tari klasik dan sakral yang dibawakan oleh sembilan penari ini hanya ditampilkan saat upacara penobatan raja di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

 


Tari Bedhaya Ketawang yang sakral. Konon Ratu Pantai Selatan selalu hadir saat tarian ini ditarikan

 

Menurut RT Warsadiningrat, tari ini semula bernama Lenggotbawa yang diciptakan Bathara Guru pada tahun 167. Tari ini ditarikan oleh tujuh bidadari yang diciptakan dari tujuh permata indah. Selanjutnya, Ratu Laut Selatan menambahkan dua penari lagi sehingga total menjadi sembilan orang. Tarian ini dipersembahkan sebagai perlambang curahan cinta Sang Ratu pada Sultan Agung, Raja Mataram yang menurunkan raja-raja di Keraton Yogyakarta dan Surakarta kini. Syair lagu sinden yang mengiringi tarian secara jelas juga menggambarkan sang raja sebagai bintang. Selain itu, salah satu posisi penari Bedhaya Ketawang juga mirip susunan bintang dalam Pleiades meski tak persis.

Bagi bangsa-bangsa besar lainnya, Pleiades juga memberi makna penting dalam kehidupan mereka. Bukan dalam makna riil seperti penunjuk arah atau penanda musim, tetapi lebih bermakna filosofis.

Bangsa Babilonia menyebutnya Mul, Jepang menyebutnya sebagai Subaru, sedangkan masyarakat Timur Tengah menamainya Thuraya.

 

FISIS GUGUS
Lepas dari semua mitologi yang melingkupinya, Bintang Tujuh Bidadari merupakan gugus terbuka (open cluster) yang berisi bintang-bintang biru terang yang masih dibalut kabut debu sisa materi pembentukannya. Ini menandakan gugus ini masih berusia muda, terbentuk sekitar 100 juta tahun yang lalu.

 


Nama 9 bintang di Pleiades

 

Gugus bintang adalah kumpulan bintang yang berjumlah puluhan hingga ratusan ribu bintang. Gugus bintang adalah bagian dari galaksi yang berisi miliaran bintang.

Gugus bintang terbentuk dari sebuah awan molekul antar bintang yang runtuh dan membentuk banyak bintang dalam satu ikatan gravitasi. Stelah terbentuk, sisa materi yang tak menjadi bintang menyelimuti gugus bintang itu. Bintang baru akan terlihat saat angin bintang menyibak gas tersebut. Warna biru pada gas yang menyelimuti bintang-bintang itu merupakan refleksi cahaya bintang oleh debu disekitarnya.

Pembentukan bintang dan gugus bintang di galaksi Bimasakti masih banyak terjadi. Sebagai galaksi berbentuk spiral batang (barred spiral), Bimasakti masih banyak mengandung materi antarbintang, terutama di lengan galaksi, yang masih cukup untuk membentuk bintang baru.

Ikatan gravitasi antarbintang pada gugus terbuka cukup lemah. Interaksi diantara bintang anggota gugus bisa membuat anggota gugus terlepas dari ikatan. Bintang-bintang yang terlepas biasanya bermassa kecil. Ikatan lemah dan interaksi diantara anggota gugus bisa juga merubah susunan gugus. Kondisi ini rentan terjadi pada Pleiades. Bintang bermassa besar cenderung tertarik ke pusat gugus, sedangkan yang lebih kecil berada di bagian luar gugus.

Perubahan bentuk dan susunan gugus dipengaruhi oleh evolusi setiap bintang anggota gugus. Bintang bermassa besar yang berumur pendek akan menjadi supernova yang memicu gugus kehilangan massa sehingga radius gugus pun mengecil agar stabil. Gaya pasang surut galaksi juga mempengaruhi evolusi gugus bintang. Jika gaya ikat gugus lebih kecil dari gaya pasang surut galaksi, gugus akan mudah tercerai berai. Proses ini butuh waktu ratusan juta tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar